MIQOT : Journal of Islamic Studies is a peer-reviewed journal, published twice a year [January-June and July-December] by IAIN Press, State Islamic University of North Sumatra, Indonesia. It is available online as open access sources as well as in print. MIQOT: Journal of Islamic Studies publishes articles in the fields of Alquran, hadis, theology, philosophy, tasawuf, law and Islamic economics, education, history, and psychology.

News

The Globethics library contains articles of MIQOT as of vol. 32(2008) to current.

Recent Submissions

  • DEPICTHING HALAL VALUE CHAIN WITHIN GONTOR ALUMNI PESANTREN FORUM (FPAG)

    The Ministry of Education, Culture, Research and Technology; Fadhilah, Lamya Nurul; Universitas Darussalam Gontor; Syamsuri, Syamsuri; Universitas Darussalam Gontor (State Islamic University North Sumatra, 2022-12-31)
    Abstract: One of the strategies in developing the halal value chain ecosystem is to create synergies that involve Pesantren's MSME units and make its involved parties in building human resources for the halal industry in Indonesia. This could be realized through the Pesantren economic empowerment by developing a supportive ecosystem. However, there are various kinds of obstacles that hinder its development. Such problems from marketing, management, capability, and finance, both in terms of quality and quantity, affect management and development. Therefore the researcher takes a position in this research by examining and analyzing problems, solutions, and appropriate strategies related to the Pesantren economic empowerment to drive halal value chains through the Analytic Network Process approach. This study found that the problem of pesantren economic empowerment is the lack of human resource skills. At the same time, the problem of the halal value chain is the low literacy of halal development instruments.Abstrak: Salah satu strategi dalam mengembangkan ekosistem rantai nilai halal ialah menciptakan sinergi yang melibatkan unit UMKM Pesantren dan menjadikan pesantren sebagai pihak aktif dalam membangun sumber daya manusia industri halal di Indonesia. Hal ini dapat diwujudkan melalui pemberdayaan ekonomi pesantren dengan pengembangan ekosistem yang mendukung. Akan tetapi terdapat berbagai macam kendala yang menghambat pengembangannya. Seperti permasalahan dari aspek marketing, manajemen, kapabilitas, dan keuangan baik dari segi kualitas ataupun kuantitas, sehingga berpengaruh dalam pengelolaan serta pengembangannya. Oleh karena itu peneliti mengambil posisi dalam penelitian ini dengan menempatkan fokus penelitian untuk mengkaji serta menganalisa permasalahan, solusi, dan strategi yang tepat terkait pemberdayaan ekonomi pesantren dalam upaya penggerakan halal value chain, melalui pendekatan Analytic Network Process (ANP). Penelitian ini menemukan bahwa masalah pemberdayaan ekonomi pesantren adalah kurangnya keterampilan sumber daya manusia. Sedangkan permasalahan rantai nilai halal bersumber dari permasalahan rendahnya literasi instrumen pembangunan halal.Keywords: Economic Empowerment, Pesantren, Halal Value Chain.
  • PROBLEMS IN TEACHING ARABIC IN INDIA WITH SPECIAL REFERENCE TO JAMIA MILLIA ISLAMIA

    Nadwi, Mohammad Ayub; Jamia Millia Islamia (State Islamic University North Sumatra, 2022-12-31)
    Abstract: The contribution of India in the development of the Arabic language has been realized since a long time ago and it has a long history because of Urdu language has become a small part of the Arabic language besides that the cultures and civilizations that exist in India have something in common. Likewise, the establishment of Islamic and general education centers that pay attention to learning Arabic shows that there is a close historical relationship with this country. This paper describes some of the conditions for the development of Arabic language learning at the Jamia Millia Islamic University-New Delhi India using library research methods and evidence obtained in the field to support them.Abstrak: Peran besar India dalam pengembangan Bahasa Arab sudah lama terwujud dan bahkan memiliki sejarah yang cukup panjang. Hal itu dikerenakan bahasa Urdu telah menjadi bagian kecil dari bahasa Arab disamping itu kebudayaan dan peradaban yang ada di India memiliki kesamaan. Demikian juga berdirinya pusat-pusat Pendidikan Islam maupun umum yang membarikan perhatiannya terhadap pembelajaran Bahasa Arab menunjukkan adanya hubungan sejarah yang erat dari negara ini. Tulisan ini memaparkan beberapa kondisi pegembangan pembelajaran Bahasa Arab di Universitas Islam Jamia Millia-New Delhi India dengan menggunakan metode penelitian perpustakaan dan bukti-bukti yang didapatkan di lapagan untuk mendukungnya.Keywords: Arabic Language, Jamia Millia Islamic University, India and Learning
  • DEPICTHING HALAL VALUE CHAIN AT THE GONTOR ALUMNI PESANTREN FORUM (FPAG)

    The Ministry of Education, Culture, Research and Technology; Fadhilah, Lamya Nurul; Universitas Darussalam Gontor; Syamsuri, Syamsuri; Universitas Darussalam Gontor (State Islamic University North Sumatra, 2022-12-31)
    Abstract: One of the strategies in developing the halal value chain ecosystem is to create synergies that involve Pesantren's MSME units and make its involved parties in building human resources for the halal industry in Indonesia. This could be realized through the Pesantren economic empowerment by developing a supportive ecosystem. However, there are various kinds of obstacles that hinder its development. Such problems from marketing, management, capability, and finance, both in terms of quality and quantity, affect management and development. Therefore the researcher takes a position in this research by examining and analyzing problems, solutions, and appropriate strategies related to the Pesantren economic empowerment to drive halal value chains through the Analytic Network Process approach. This study found that the problem of pesantren economic empowerment is the lack of human resource skills. At the same time, the problem of the halal value chain is the low literacy of halal development instruments.Abstrak: Salah satu strategi dalam mengembangkan ekosistem rantai nilai halal ialah menciptakan sinergi yang melibatkan unit UMKM Pesantren dan menjadikan pesantren sebagai pihak aktif dalam membangun sumber daya manusia industri halal di Indonesia. Hal ini dapat diwujudkan melalui pemberdayaan ekonomi pesantren dengan pengembangan ekosistem yang mendukung. Akan tetapi terdapat berbagai macam kendala yang menghambat pengembangannya. Seperti permasalahan dari aspek marketing, manajemen, kapabilitas, dan keuangan baik dari segi kualitas ataupun kuantitas, sehingga berpengaruh dalam pengelolaan serta pengembangannya. Oleh karena itu peneliti mengambil posisi dalam penelitian ini dengan menempatkan fokus penelitian untuk mengkaji serta menganalisa permasalahan, solusi, dan strategi yang tepat terkait pemberdayaan ekonomi pesantren dalam upaya penggerakan halal value chain, melalui pendekatan Analytic Network Process (ANP). Penelitian ini menemukan bahwa masalah pemberdayaan ekonomi pesantren adalah kurangnya keterampilan sumber daya manusia. Sedangkan permasalahan rantai nilai halal bersumber dari permasalahan rendahnya literasi instrumen pembangunan halal.Keywords: Economic Empowerment, Pesantren, Halal Value Chain.
  • CONSTRUCTIVISM AND TEACHING DESIGN: In Search of An Appropriate Learning Process of Sharia Entrepreneurship For Pesantren-Based University

    Muslimin, JM; Post Graduate School for Islamic Studies, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta; Reksiana, Reksiana; Institute for Quranic Sciences (IIQ Jakarta); Munawar, Wildan; Universitas Djuanda (State Islamic University North Sumatra, 2022-12-31)
    Abstract: The development and ever-changing curriculum of university offers some possibilities for socio-educational innovation of the high-level education. It includes Pesantren-based University. Constructivist learning process may further develop such an innovation. It is designed as a flexible curriculum and multi-interpretable model of implementation and adjustable contents of learning with high focus to the practice and disseminating of knowledge. Surely, it may pave the way for designing and creating socio-educational engineering, such as building strong character and high focus to the disseminating and practice of sharia entrepreneurship. This study aims to designing constructive model of learning to disseminate and create a strong bones and practical type of sharia entrepreneurship in the milieu of Islamic boarding school (Pesantren) as it is reflected in the Pesantren Darunnajah. The research method is done through evaluative instrumental method of curriculum accompanied by critical review of learning process theories. It is done based on library research, qualitative approach as well as constructive model. It offers agenda setting of socio-educational reference and applicative model. It deserves to produce and contribute an authentic result, while such a constructive framework of educational inquiry is still rare and in the process of becoming. The result be it is proven that constructive learning process can be an alternative for developing concept as well as practical model for Pesantren-based University.Abstrak: Perkembangan dan kurikulum universitas yang terus berubah menawarkan beberapa kemungkinan untuk inovasi sosio-pendidikan dari pendidikan tingkat tinggi. Termasuk Universitas berbasis Pesantren. Proses pembelajaran konstruktivis dapat lebih mengembangkan inovasi semacam itu. Ini dirancang sebagai kurikulum yang fleksibel dan model implementasi multi-interpretable dan isi pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan fokus tinggi pada praktik dan penyebaran pengetahuan. Tentunya dapat membuka jalan untuk merancang dan menciptakan rekayasa sosio-edukasi, seperti membangun karakter yang kuat dan fokus yang tinggi hingga sosialisasi dan praktik kewirausahaan syariah. Penelitian ini bertujuan untuk merancang model pembelajaran yang konstruktif untuk menyebarluaskan dan menciptakan tipe kewirausahaan syariah yang kuat dan praktis di lingkungan perguruan tinggi Islam (Pesantren) seperti yang terefleksikan dari Pesantren Darunnajah. Metode penelitian dilakukan melalui metode kurikulum instrumental evaluative disertai dengan kajian kritis terhadap teori proses pembelajaran. Hal ini dilakukan berdasarkan penelitian kepustakaan, pendekatan kualitatif serta model konstruktif. Menawarkan agenda setting referensi sosio-pendidikan dan model aplikatif. Ia layak untuk menghasilkan dan menyumbangkan hasil yang otentik, sementara kerangka konstruktif penyelidikan pendidikan seperti itu masih jarang dan dalam proses menjadi. Hasilnya adalah terbukti bahwa proses pembelajaran yang konstruktif dapat menjadi alternatif untuk mengembangkan konsep maupun model praktis untuk Universitas berbasis Pesantren.Keywords: Constructivism, Design Model, Pesantren-based University, Sharia Entrepreneurship.
  • THE POSITION OF NEGERI SERDANG SULTANATE (1865-1946) TOWARDS ISLAMIC LEGAL DEVELOPMENT

    Khoir, Nispul; Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (State Islamic University North Sumatra, 2022-12-31)
    Abstract: This study aims to determine the form of legal policy of the Serdang State Sultanate in strengthening fiqh & fiqh proposals. Strategic steps of the Sultan’s legal policy in strengthening fiqh & fiqh proposals in the State of Serdang. The research is normative legal research and empirical law. These two types of research are deliberately carried out in order to search for deeper data. Normative research is theoretical research, comparative philosophical structures and others. The results of the study show: First, the Sultanate of Serdang has succeeded in putting in the form and construct of legal policies that are accommodative, open and democratic in nature. Second, the legal policies of the Serdang Sultanate in strengthening fiqh & fiqh proposals can be seen in: (1). Encouraging the creation of personal fatwas carried out by scholars in responding to various problems that arise. (2). Encouraging the creation of institutional fatwas, in which the Sultan has established an Islamic legal institution called the Syar’i Council, is an attempt by the Sultan to introduce the mufti institution as the institution responsible for giving religious and social fatwas.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  bentuk kebijakan hukum Kesultanan Negeri Serdang dalam penguatan usul fikih & fikih. Langkah strategis kebijakan hukum Sultan dalam penguatan usul fikih & fikih di Negeri Serdang. Penelitian adalah penelitian hukum normatif dan hukum empiris, Kedua jenis penelitian ini sengaja dilakukan guna pencarian data lebih dalam. Penelitian normatif adalah penelitian teori, filosofis  perbandingan struktur dan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan : Pertama, Kesultanan Serdang  berhasil meletakkan bentuk dan konstruk kebijakan hukum yang sifatnya akomodatif, terbuka dan demokratis. Kedua, kebijakan hukum Kesultanan Serdang  dalam penguatan usul fikih & fikih dapat dilihat pada : (1). Mendorong terciptanya  fatwa personal yang dilakukan oleh para ulama dalam menjawab berbagai persoalan yang muncul.  (2). Mendorong terciptanya fatwa kelembagaan, dimana Sultan telah mendirikan sebuah lembaga hukum Islam yang disebut dengan Majelis Syar’i, merupakan upaya Sultan memperkenalkan lembaga mufti sebagai institusi yang bertanggung jawab untuk memberikan fatwa agama dan sosial.Keywords: Fiqh/Fiqh proposal, Legal policy, Sultan of Serdang
  • CONSIDERING MURABAHAH GOLD FINANCING PRACTICE IN ACEH WITH REFERENCE TO ISLAMIC BANKING AND SHARIA PAWNSHOP

    Khalil, Munawar; IAIN Lhokseumawe; Ismaulina, Ismaulina; IAIN Lhokseumawe (State Islamic University North Sumatra, 2022-12-31)
    Abstract: The purpose of the study was to determine the implementation of gold murabahah financing for Islamic banking and Sharia pawnshops, the reasons for the differences in implementation, and their suitability in the Islamic economic perspective. In principle, the implementation of financing gold murabahah of sharia banking and sharia pawnshops is similar in form. But what distinguishes it lies in the technique of contracting and the transaction of delivery of goods. For example, customers buying gold in murabahah can take the purchase gold directly without waiting for the installment to be paid off and if the gold is available, and provide collateral with other goods, but in some other Islamic banks, the goods purchased must be used as collateral so that in this Islamic banking using a double contract, namely the murabahah contract at the time of purchase of goods,  Then the rahn contract (pawn) when the goods are used as collateral. This is the same as the practice carried out by sharia pawnshops in Aceh province. As such, it can be concluded that the implementation of gold murabahah financing in Islamic financial institutions according to the Islamic economy is in accordance with Islamic economic principles.Abstrak: Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan pembiayaan murabahah emas perbankan syariah dan pegadaian syariah, alasan terjadinya perbedaan pelaksanaan, serta kesesuaiannya dalam perspektif ekonomi Islam. Pada prinsipnya pelaksanaan pembiayaan murabahah emas perbankan syariah maupun pegadaian syariah sama. Namun yang membedakannya terletak pada teknik akad dan transaksi penyerahan barang. Seperti, nasabah membeli emas secara murabahah bisa mengambil langsung emas pembeliannya tanpa menunggu angsuran lunas dan jika emas sudah tersedia, dan memberikan agunan dengan barang lainnya, namun ada di beberapa perbankan syariah lainnya, barang yang dibeli harus dijadikan  sebagai barang jaminan sehingga pada perbankan syariah ini menggunakan akad rangkap yakni akad murabahah pada saat pembelian barang, lalu akad rahn (gadai) pada saat barang tersebut dijadikan sebagai jaminan. Hal ini sama dengan praktek yang dijalankan oleh pegadaian syariah yang ada di provinsi Aceh. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembiayaan murabahah emas di lembaga keuangan syariah menurut ekonomi syariah telah sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah. Keywords: Islamic economics, financing, murabahah, shariah banking, and sharia pownshop
  • THE INTERNALIZATION OF BANJARAN CULTURAL CHARACTER VALUES IN MUSTAFAWIYAH ISLAMIC BOARDING SCHOOL, PURBABARU

    Salabi, Agus Salim; Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe; Prasetyo, Muhammad Anggung Manumanoso; Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe (State Islamic University North Sumatra, 2022-12-29)
    Abstract: Islamic boarding school is connected to the execution of ideas through organizational culture. The term Banjaran culture is referred to the significant knowledge which can develop students' attitudes and behaviors. Following the assumption of reflective practice, this study critically investigates the suitability of cultural values. Data were collected from the deputy secretary, Mr. Mukhlis Lubis as the representatives of school leaders, head caregivers, and senior students using a qualitative paradigm as well as phenomenological methodologies. The results showed that internalization occurred at several managerial levels. Meanwhile, the Banjaran culture is accomplished as a distinguishing element, a mutual commitment-forming, and helps to generate a stable social structure, as well as develop students' characters. The value of independence, creativity, entrepreneurial motivation, religiosity, communication, social interaction, mental and physical resilience, moderation, tolerance, and ukhuwah (friendship and kinship) are parts of the qualities created by its internalization.Abstrak: Eksistensi pesantren tidak terlepas dari implementasi nilai dalam bentuk budaya organisasi. Budaya banjaran dimaknai sebagai pemahaman tentang nilai pesantren yang mampu membentuk sikap dan perilaku santri. Penelitian ini secara kritis mengkaji kesesuaian nilai-nilai budaya banjaran dengan asumsi praktik reflektif. Penelitian menggunakan paradigma kualitatif dengan metode fenomenologi. Informan kunci adalah wakil sekretaris Pesantren Musthafawiyah Purbabaru, Ayah Mukhlis Lubis sebagai perwakilan pimpinan pesantren, kepala pengasuh, dan santri senior pengurus organisasi. Hasil penelitian menunjukkan internalisasi dilakukan melalui tahapan manajerial sedangkan fungsionalisasi budaya banjaran dalam pengembangan karakter santri melalui empat karakteristik utama budaya banjaran, yaitu: menjadi faktor pembeda; pembentuk komitmen bersama; penciptakan sistem sosial yang stabil; pembentuk perilaku dan sikap santri. Nilai yang terbangun dari budaya banjaran adalah nilai kemandirian, nilai inovasi dan kreativitas, nilai motivasi kewirausahaan, nilai religiositas, nilai komunikasi, nilai sosial kemasyarakatan, nilai ketahanan mental dan fisik, nilai moderasi yang menghargai perbedaan, nilai toleransi, nilai ukhuwah (persahabatan dan kekeluargaan).Keywords: Banjaran culture: Islamic boarding school culture: character building, Musthafawiyah
  • CONTEMPORARY FATWAS OF AL WASHLIYAH FATWA COUNCIL WITH REFERENCE TO NON-MUSLIM LEADERS, COMMUNISM AND AHMADIYYA

    Irwansyah, Irwansyah; Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara; Yuslem, Nawir; Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara; Jamil, M.; Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (State Islamic University North Sumatra, 2022-12-31)
    Abstrak: Al Jam’iyatul Washliyah merupakan organisasi Islam dengah jumlah pengikut yang signifikan. Studi tentang organisasi ini, terutama fatwa-fatwa keagamaannya, masih jarang dilakukan. Artikel ini mengkaji fatwa-fatwa Al Wasliyah tentang pemimpin non-Muslim, komunisme dan Ahmadiyah. Studi ini merupakan studi kepustakaan dengan pendekatan historis dan legal normatif. Sumber data primer penelitian ini adalah dokumen-dokumen milik Dewan Fatwa Al Washliyah, sedangkan sumber sekundernya adalah hasil-hasil penelitian para ahli tentang topik yang dibahas. Data dianalisis dengan metode analisis isi. Studi ini mengajukan argumen bahwa Al Washliyah yang menganut mazhab Syafi‘i dan Ahl al-Sunnah wa al-Jama‘ah memberikan respons terhadap ragam soal keagamaan kontemporer, terutama terkait hukum memilih pemimpin dari kalangan non-Muslim, kedudukan hukum komunis, dan Ahmadiyah. Pandangan organisasi ini tegas, bahwa haram memilih non-Muslim sebagai pemimpin, komunis adalah kelompok kafir, dan Ahmadiyah adalah aliran sesat. Pandangan keagamaan Al Washliyah ini menegaskan posisi Al Washliyah sebagai kelompok Islam tradisional di Indonesia, dan cenderung menolak pemahaman liberal.Abstract: Al Jam'iyatul Washliyah is an Islamic organization with a significant number of followers. Studies on this organization, especially its religious fatwas, are still very limited. This article examines Al Wasliyah's fatwas on non-Muslim leaders, communism and Ahmadiyah. This study is a literature study with historical and legal normative approaches. The primary data sources of this study are documents belonging to the Fatwa Council of Al Washliyah, while the secondary sources are the results of research by experts on the topics discussed. The data is analyzed using the content analysis method. This study argues that Al Washliyah, which adheres to the Shafi'i school of thought and Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah, responds to a variety of contemporary religious issues, especially related to the law of electing leaders from among non-Muslims, the legal position of communists, and Ahmadiyya. The organization's view is firm, that it is forbidden to elect non-Muslims as leaders, communists are infidels, and Ahmadiyya is a cult. Al Washliyah's religious views emphasize Al Washliyah's position as a traditional Islamic group in Indonesia, and tend to reject liberal understanding.Keywords: Al Washliyah, fatwa, non-Muslim leaders, comunism, Ahmadiyah 
  • ULAMA, AL WASHLIYAH AND KNOWLEDGE IN MODERN INDONESIA (1930-1980)

    Ja'far, Ja'far; Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe (State Islamic University North Sumatra, 2022-12-31)
    Abstrak: Artikel ini mengkaji peran ulama Al Washliyah dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Studi ini merupakan studi kepustakaan, dengan menerapkan model penelitian sejarah Kuntowijoyo. Penelitian ini menggunakan pendekatan historis dan filosofis, dengan analisis teori al-Attas tentang klasifikasi ilmu. Tujuan studi ini adalah untuk menemukan ulama-ulama Al Washliyah dalam rentang tahun 1930 sampai 1980 yang berperan penting dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di Indonesia. Studi ini mengajukan argumen bahwa ulama-ulama Al Washliyah telah mengambil peran penting dalam mengembangkan dua jenis ilmu, yaitu ilmu-ilmu religius; dan juga ilmu-ilmu rasional, intelektual dan filosofis, meskipun perhatian mereka lebih banyak ditujukan pada jenis ilmu yang pertama. Karya-karya mereka meliputi bidang Alquran, al-sunnah, al-syariah, teologi, metafisika Islam (tasawuf), ilmu-ilmu linguistik, perbandingan agama, kebudayaan dan peradaban Barat, dan sejarah Islam. Mereka menulis dengan menggunakan aksara Latin (bahasa Indonesia), aksara Arab (bahasa Arab) dan aksara Jawi (Arab Melayu). Karya-karya ulama Al Washliyah telah menjadi referensi bagi murid-murid mereka dan juga kaum Muslim di Sumatera Timur dan Aceh. Sebagian dari karya mereka masih terus menjadi buku daras di sejumlah madrasah. Ini menunjukkan bahwa karya-karya mereka masih diminati sebagai bukti bahwa pengaruh ulama-ulama Al Washliyah masih terasa. Abstract: This article examines the role of Al Washliyah scholars in the development of knowledge in Indonesia. This study is a literature study, by applying Kuntowijoyo’s model, and utilizing historical and philosophical approach. Al-Attas' theory of the classification of knowledge will be used as a tool to analyze the topic of this study. The aim of this study is to find Al Washliyah scholars from 1930 to 1980 who played an important role in developing knowledge in Indonesia. This study argues that Al Washliyah scholars have taken an important role in developing two types of knowledge, namely religious sciences; as well as the rational, intellectual and philosophical sciences, although their attention is more directed to the former. Their works cover the fields of the Qur’an, sunnah, shariah, theology, Islamic metaphysics (tasawuf), linguistics, comparative religion, philosophy, and history. They wrote using Latin script (Indonesian), Arabic script (Arabic) and Jawi script (Malay Arabic). The works of Al Washliyah scholars have become a reference for their students and Muslims in East Sumatra and Aceh. Some of their works are still used as textbooks in a number of madrasas. This shows that their works are still in demand as proof that the influence of Al Washliyah scholars left an important mark.Keywords: ulama, Al Washliyah, classification of knowledge, religious sciences, rational sciences
  • MAWLID CELEBRATION IN ACEH: Culture, Religious Expression, and Political Medium

    Shadiqin, Sehat Ihsan; Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh; Ikramatoun, Siti; Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh (State Islamic University North Sumatra, 2022-07-01)
    Abstract: This study is an ethnographic note about the Mawlid celebrations in Aceh. In contrast to most studies by previous scholars who saw Mawlid as a medium for normative theological discourse, this article aims to narrate the Mawlid phenomenon by focusing on how the Acehnese celebrated Mawlid, how the religious expression was, and how Mawlid became a political medium. This study showed that the Mawlid celebration in Aceh is not just a tradition or an expression of love for the Prophet but a cultural construction inherent to the Acehnese society, religious expression, and political media. Mawlid as a cultural construction is manifested in various forms of unique food dishes, as a religious expression manifested in typical Dhikr and Lectures Mawlid, and as a political medium seen from the invitations of Mawlid, Mawlid Pemda, and Mawlid at home. Abstrak: Kajian ini merupakan catatan etnografis tentang perayaan Maulid di Aceh. Berbeda dengan kebanyakan kajian sebelumnya yang melihat Maulid sebagai media wacana teologis normatif, artikel ini bertujuan untuk menceritakan fenomena Maulid dengan berfokus pada bagaimana masyarakat Aceh merayakan Maulid, bagaimana ekspresi keagamaannya, dan bagaimana Maulid menjadi media politik. Kajian ini menunjukkan bahwa perayaan Maulid di Aceh bukan sekedar tradisi atau ungkapan cinta kepada Nabi, melainkan sebuah konstruksi budaya dan ekspresi keagamaan yang telah melekat pada masyarakat Aceh, serta media politik. Mawlid sebagai konstruksi budaya termanifestasi dalam beragam bentuk hidangan makanan yang unik, kemudian sebagai ekspresi keagamaan termanifestasi dalam bentuk Dzikir dan Ceramah Maulid yang khas, dan sebagai media politik terlihat dari ajakan Maulid, Maulid Pemda, dan Maulid di rumah.  Keywords: Acehnese; Mawlid Celebration; Culture; Social Identity; Religious Expression; Political Medium.
  • PORTRAYING THE TRACT OF ISLAM IN EMPOWERING THE DYNAMICS OF THE POTENTIAL OF MARITIME NUSANTARA THROUGH THE SPICE ROUTE PERSPECTIVE

    Sulistiono, Budi; Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta; Muchsin, Misri A.; UIN Ar-Raniry (State Islamic University North Sumatra, 2022-07-01)
    Abstract: The increasing influence of Islam in the archipelago was marked by the establishment of a number of sultanates. Based on the fact of the significant existence of the sultanate it is may indicate as evidence of political power. In the footsteps of Islam Nusantara, political power was achieved after great successes in building economic power, education, cultural-intellectual networks. Therefore, the stage of the traces of Islam Nusantara is not an event that is considered strange. Until the 17th century AD, there were even a number of sultanates on the islands of Java, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, and Nusa Tenggara. The spread of the existence of a number of these sultanates in a relay as evidence of the results of the exemplary performances of a number of sultanates that had existed before. The approach used in this paper is a historical approach by utilizing study materials from historical literature. In compiling historical facts, it is guided by a logical framework arrangement according to chronological order. The conclusion is that, thanks to the wealth and social forces empowered by Muslim communities in various places in the archipelago, they can play political roles in political entities as evidenced by the birth of a number of Sultanates. This historical fact, at least strengthens Anthony Reid's theory, that the maritime economy is an indicator of maritime trade that unites trade routes with the formation of port cities as international trade routes.Keywords: empowerment, trade, maritime, Islamic Sultanate in the archipelagoAbstrak: Pengaruh Islam yang semakin signifikan di Nusantara ditandai dengan berdirinya sejumlah kesultanan. Sudah saatnya keberadaan kesultanan dimaknai sebagai bukti kekuatan politik. Dalam jejak Islam Nusantara, kekuatan politik diraih setelah sukses besar membangun kekuatan ekonomi, pendidikan, jaringan budaya-intelektual. Karena itu, pentas jejak-jejak Islam Nusantara bukanlah peristiwa yang dianggap aneh. Hingga abad ke-17 M, bahkan ada sejumlah kesultanan di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Tersebarnya keberadaan sejumlah kesultanan ini secara estafet sebagai bukti hasil pertunjukan keteladanan sejumlah kesultanan yang telah ada sebelumnya. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan sejarah dengan memanfaatkan bahan kajian dari literatur sejarah. Dalam menyusun fakta sejarah berpedoman pada susunan kerangka logis menurut urutan kronologis. Kesimpulannya, berkat kekayaan dan kekuatan sosial yang diberdayakan oleh komunitas Muslim di berbagai tempat di Nusantara, mereka dapat memainkan peran politik dalam entitas politik yang dibuktikan dengan lahirnya sejumlah kesultanan. Fakta sejarah ini, setidaknya memperkuat teori Anthony Reid, bahwa ekonomi maritim merupakan indikator perdagangan maritim yang menyatukan jalur perdagangan dengan terbentuknya kota-kota pelabuhan sebagai jalur perdagangan internasional.Kata Kunci: pemberdayaan, perdagangan, maritim, Kesultanan Islam di Nusantara
  • ULAMA AND POLITICS: A Study of Ulama and Santri’s Participation in 2019 General Election in Aceh

    None; Rasyad, Rasyad; Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry; Ikhwan, Ikhwan; Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry; Manan, Abdul; Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry; Putra, Rahmad Syah; Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry (State Islamic University North Sumatra, 2022-08-29)
    Abstract: The existence of ulama and dayah in political dynamics in Aceh has occurred for a long time, simultaneously with the development of Islam in Aceh. Ulama in Aceh has been playing as the main actors behind the successful political indicator in many phases, namely; empire phase, independence phase, new order (orde baru) phase until the phase of reformation. The doctrines played by ulama through religious languages have received great support from people in Aceh. This study employs the qualitative research approach with three main techniques of data collection, namely interview, observation and documentation. The result showed that there has been the participation from ulama and santri dayah in Aceh during 2019 General Election (GE). Such participation was reflected from the full support from ulama by calling up the political machine from santri dayah during 2019 GE, and deciding a political attitude by taking side on one of the candidates by holding a fundamental belief that Islam does not forbid ulama to participate in the political practice. Abstrak: Eksistensi ulama dan dayah dalam dinamika perpolitikan di Aceh telah berlangsung sejak lama, seiring berkembangnya Islam di Aceh. Dari berbagai fae perkembangan perpolitikan di Aceh, dari fase kerajaan, fase kemerdekaan, fase orde baru hingga fase reformasi telah ditemukan pula indikator suksesnya politik di Aceh akibat permainan aktor utama yaitu ulama. Ulama melalui doktrin-doktrin yang disebarkan melalui bahasa-bahasa agama, sehingga mendapat dukungan penuh dari kalangan masyarakat di Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data tiga macam cara yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat partisipasi ulama dan santri dayah di Aceh pada Pemilu 2019. Partisipasi tersebut tampak terhadap dukungan penuh ulama dengan mengerahkan “mesin politik” yaitu santri dayah terhadap Pemilu 2019, dan mengambil sikap politik berpihak kepada salah satu calon dalam Pemilu 2019 dengan landasan utama berpijak bahwa Islam tidak melarang ulama berpolitik. Keywords: ulama, santri, dayah, politics, general election, Aceh
  • LAWSUITS RELATED TO DIVORCE DUE TO APOSTASY IN BITUNG RELIGIOUS COURT

    Willya, Evra; Institut Agama Islam Negeri Manado; Harun, Nurlaila; Institut Agama Islam Negeri Manado; Anom, Afni; Institut Agama Islam Negeri Manado (State Islamic University North Sumatra, 2022-08-29)
    Abstract: This study aims to analyze the considerations of judges in deciding two divorce cases due to apostasy claims including Case Number 14/Pdt.G/2019/PA.Bitg and 17/Pdt.G/2019/PA.Bitg at the Bitung Religious Court, Bitung City, North Sulawesi, Indonesia. It was conducted qualitatively through a descriptive-comparative approach with primary data obtained from informants including four judges using observation, in-depth interviews, and documentation techniques, subsequently analyzed using an inductive analysis model. Meanwhile, secondary data were retrieved from decision documents. The results showed that the judge decided Case Number 14/Pdt.G/2019/PA.Bitg in fâsakh and Case Number 17/Pdt.G/2019/PA.Bitg in ṭalâq ba‘in sughra through the consideration of the subsidiary petitum. These decisions were observed to have legal consequences on hadhânah and the right of mutual inheritance between children and parents. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertimbangan hakim dalam memutuskan dua perkara perceraian dengan gugatan murtad, yakni Perkara No. 14/Pdt.G/2019/PA.Bitg dan 17/Pdt.G/2019/PA.Bitg di Pengadilan Agama Bitung Pengadilan, Kota Bitung, Sulawesi Utara, Indonesia. Penelitian dilakukan secara kualitatif melalui pendekatan deskriptif-komparatif dengan data primer diperoleh dari informan meliputi empat orang hakim dengan menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi, selanjutnya dianalisis menggunakan model analisis induktif. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen keputusan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hakim dalam memutuskan dua perkara perceraian dengan gugatan murtad berdasarkan pada alat bukti dimana Perkara No. 14/Pdt.G/2019/PA.Bitg diputuskan secara fâsakh dan Perkara No. 17/Pdt.G/2019/PA.Bitg diputuskan secara ṭalâq ba’in sughra dengan menggunakan pertimbangan petitum subsider. Kedua putusan tersebut berakibat hukum pada hadhânah dan hak saling waris antara anak dan orang tua. Keywords: judge's consideration, divorce, apostasy, marriage fasâkh, ṭalâq ba'in sughra 
  • SOCIAL AND RELIGIOUS DIMENSIONS OF CHILDREN’S INHERITANCE IN TURKEY, SAUDI ARABIA AND INDONESIA

    Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta; Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Republik Indonesia; Jahar, Asep Saepudin; Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta; Shodiq, Shubhan; Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta (Awardee Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Republik Indonesia) (State Islamic University North Sumatra, 2022-08-29)
    Abstract: This paper explores the framework of inheritance provisions for biological children and adopted children in three different countries, namely Turkey, Saudi Arabia, and Indonesia. The reinterpretation of children's inheritance rights in society today demonstrates the increasing response to social context vis a vis religious text. Turkey and Indonesia share an emphasis on social dimension in reinterpreting children's inheritance rights for men and women portions. Saudi Arabia, however, is remained to adopt conservative approach in interpreting the religious texts wherein men’s share twice as much as women. This research is a normative (doctrinal) approach in comparing legal issues on inheritance exercised in three countries. The data are based on literature such as regulation, books, journals, and related articles. This paper argues that socio-cultural conditions, political dynamics and ideological mainstream shape the nature of law in each country. Abstrak: Tulisan ini menggali pengembangan ketentuan kewarisan anak kandung dan anak angkat di tiga negara yaitu Turki, Saudi Arabia dan Indonesia. Reinterpretasi hak waris anak dari negara-negara yang menjadi objek riset ini menunjukkan bahwa aspek social dan keagamaan menjadi bagian poin dalam menempatkan hak anak yang diambil dari teks keagamaan. Turki dan Indonesia cenderung melihat aspek social menjadi penafsiran ulang terhadap hak waris anak, dimana laki-laki dan perempuan di Turki mendapat porsi sama. Sedangkan di Indonesia, hak anak angkat diposisikan secara social dengan mendapat wasiat wajibah. Saudi Arabia, pada sisi lain, cenderung konservatif dengan menafsirkan ayat-ayat waris bagi anak laki-laki dan perempuan secara literal. Penelitian ini ialah penelitian normatif dengan pendekatan Perundang-Undangandan pendekatan Komparatif. Sumber-sumber kajian riset ini yaitu berupa peraturan perundangan, buku, jurnal dan artikel terkait. Paper ini menyimpulkan bahwa perubahan hukum di tiap negara berhubungan erat dengan kondisi social budaya, dinamika politik dan ideologi yang berkembang. Keywords: inheritance of biological children, adopted children, turkey, Saudi Arabia, Indonesia
  • THE STRUGGLE OF THE ACEH DAYAH ULAMA ASSOCIATION (HUDA) IN PRESERVING THE DOCTRINE OF AHLUSUNNAH WALJAMAAH IN ACEH

    Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA); Syafieh, Syafieh; Institut Agama Islam Negeri Langsa Aceh, Indonesia; Nur, Afrizal; Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia (State Islamic University North Sumatra, 2022-08-29)
    Abstract: This study discusses the Aceh Dayah Ulama Association (HUDA), which traditionalist Islamic groups use as an organization that maintains the dominant Islamic ideology by using the dayah network as the basis of the religious movement. By using the theory of religious movement, through participatory observations, in-depth interviews with HUDA administrators and the Acehnese people as well as a study of the literature, this paper ultimately demonstrates the ability of the dayah ulama to use HUDA as networking among the dayah scholars as evidence of a scientific genealogy among the Dayah scholars in Aceh. In addition, HUDA is used by dayah ulama to strengthen the hegemony of traditionalist Islam as a group that has religious authority amid the rise of Wahhabi-Salafi schools in Aceh and as political bargaining with the government to determine the direction of government policy in religious matters. This article only discusses the dayah ulama members of HUDA and their strategies in defending the Ahlusunnah waljamâ‘ah doctrine. Abstrak: Kajian ini membahas tentang Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) yang digunakan oleh kelompok Islam tradisionalis sebagai organisasi yang mempertahankan ideologi Islam dominan dengan menggunakan jaringan dayah sebagai basis gerakan keagamaan. Dengan menggunakan teori religious movement, melalui observasi partisipatoris, wawancara mendalam kepada pengurus HUDA dan masyarakat Aceh serta studi kepustakaan, tulisan ini pada akhirnya menunjukkan kemampuan ulama dayah menggunakan HUDA sebagai networking antar ulama dayah sebagai bukti adanya genealogi keilmuan di kalangan ulama Dayah di Aceh. Di samping itu, HUDA digunakan oleh ulama dayah untuk memperkuat hegemoni Islam tradisionalis sebagai kelompok yang mempunyai otoritas keagamaan di tengah-tengah maraknya aliran Wahabi-Salafi di Aceh serta sebagai bargaining politik dengan pemerintah untuk menentukan arah kebijakan pemerintah dalam hal persoalan keagamaan. Artikel ini hanya membahas ulama dayah yang tergabung dalam HUDA dan strategi mereka dalam mempertahankan doktrin Ahlusunnah Waljamaah. Keywords: Ulama, Religious Social Movement, Aswaja, Aceh, Indonesia
  • JALÂL AL-DÎN AL-MAHALLÎ AND JALÂL AL-DÎN AL-SUYUTÎS’ INTERPRETATION METHOD OF THE MUTASYÂBIHÂT VERSE IN TAFSÎR JALÂLAYN

    Wildan, T.; IAIN Langsa; Nasution, Ismail Fahmi Arrauf; IAIN Langsa (State Islamic University North Sumatra, 2022-08-29)
    Abstract: This study aims to determine the research method of al-Mahallî and al-Suyutî on the mutasyâbihât verse in Tafsîr Jalâlayn interpretation, the impact of the mutasyâbihât verse measurement method on understanding Tafsîr Jalâlayn interpretation, and the similarities and differences in the methods used. This research is included in non-empirical research that uses the type of library research and research studies presented in a comparative analytical descriptive manner. Research findings; the methods used by al-Mahallî and al-Suyutî in dealing with mutasyâbihât verses, tawaquf, interruption, and expansion and impact of the mutasyâbihât verse method in Tafsîr Jalâlayn make results as an increase in faith, knowledge in Arabic and interpretation, and facilitate understanding of the control of mutasyâbihât verses. The similarities are the use of methods and interpretations; ta'wîl or bayân. The difference; al-Mahallî is more dominant in the interruption method than the expansion, and al-Suyutî is more dominant in using the expansion method than the interruption. Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui metode penafsiran al-Mahallî dan al-Suyutî terhadap ayat mutasyâbihât dalam Tafsîr Jalâlayn, dampak metode penafsiran ayat mutasyâbihât pada pemahaman Tafsîr Jalâlayn, dan persamaan dan perbedaan metodologi yang digunakan. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian non-empirik yang mengunakan jenis penelitian library research serta kajian penelitian disajikan secara deskriptif analitis komperatif. Temuan penelitian; metodologi yang digunakan oleh al-Mahallî dan al-Suyutî dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyâbihât, tawaquf, interupsi dan ekspansi dan dampak metode penafsiran ayat mutasyâbihât terhadap pemahaman dalam Tafsîr Jalâlayn; menjadikan hasil penafsiran sebagai penambah keimanan, keilmuan dalam bidang bahasa Arab dan tafsîr, dan memudahkan pemahaman terhadap penafsiran ayat mutasyâbihât. Persamannya dalam penggunaan metode dan penafsiran dengan cara ta’wîl atau bayân. Perbedaannya; al-Mahallî lebih banyak menggunakan metode interupsi dari pada ekspansi, sedangkan al-Suyutî lebih dominan menggunakan metode ekspansi dari pada interupsi. Keywords: mutasyâbihât verse, interpretation, method
  • SUFISM-BASED MORAL EDUCATION OF KH. SALEH DARAT AND KH. NAWAWI AL-BANTANI AND THE DIGITIZATION FLOW IN THE SOCIETY 5.0 ERA

    Abitolkha, Amir Maliki; UIN Sunan Ampel Surabaya (State Islamic University North Sumatra, 2022-08-29)
    Abstract: Human life is now entirely sophisticated, but at the same time simple, and fast due to digitization. However the development of the digital era unfortunately seem to neglect spiritual and moral values, as well as setting aside social vices. Therefore, this bibliographic study ascertains that Sufism-based moral education, pioneered by KH. Saleh Darat and KH. Nawawi al-Bantani, enumerate a process of purifying the heart from all impurities and fostering oneself with noble character, good behaviour, and deeds. This concept is very significant to the standard of living the modern generation, which has lost many moral, spiritual, and social values. To address this behavioural degeneracy, this concept is suggested as an alternative solution. Therefore, Sufism-based moral education displays a strategic step to address human vices in response to this twenty-first century era. Keywords: Islamic education, moral, Sufism, Saleh Darat, Nawawi al-Bantani Abstrak: Era digitalisasi menjadikan kehidupan manusia serba canggih dan mudah serta cepat. Perkembangan era digital sayangnya tidak diimbangi dengan kondisi spiritual dan moral yang matang sehingga menyisihkan dampak yaitu krisis spiritual dan moral serta sosial. Penelitian ini bersifat kepustakaan. Hasilnya bahwa pendidikan akhlak berbasis tasawuf yang digagas oleh KH. Saleh Darat dan KH. Nawawi al-Bantani adalah sebuah proses penyucian diri dari segala kotoran hati dan memupuk diri dengan berakhlak mulia, berperilaku terpuji dan senantiasa berbuat baik. Gagasan ini sangat relevan dengan kondisi kehidupan masyarakat era digital ini yang telah banyak kehilangan aspek moral, spiritual dan sosialnya. Sehingga, gagasan ini perlu dijadikan sebagai jalan alternatif untuk mengobati krisis moral, spiritual dan sosial mereka. Pendidikan akhlak berbasis tasawuf ini hadir sebagai langkah strategis untuk menjawab problematika kehidupan masyarakat era digital abad ini. Kata Kunci: pendidikan Islam, akhlak, tasawuf, Saleh Darat, Nawawi al-Bantani
  • UNDERSTANDING WASATHIYYAH IN THE BOOK OF AL-QUR’AN AL-KARIM DAN TERJEMAHAN BEBAS BERSAJAK DALAM BAHASA ACEH

    Fauzi, Fauzi; UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) AR-RANIRY BANDA ACEH (State Islamic University North Sumatra, 2022-01-14)
    Abstract: This article aims to examine the meaning of wasathiyyah in the book al-Quran al-Karim dan Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh. The research is qualitative and documentation as a data collection technique. The result of the research is that the author of this book gives varied meanings with the word wasatha. Among them the meaning of this word: saban (same), sama teungoh (same in the middle), seudang (middle). Wasathiyyah covers aspects of worship, mu‘âmalah, ethics and so on. In terms of worship, levels, models and times are given guidance in the Shari‘ah. In the aspect of mu‘âmalah, this concept regulates how to communicate, time and how to interact. In terms of ethics, this wasathiyyah becomes a role model in attitude and behavior.Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk menelaah pemaknaan wasathiyyah dalam kitab al-Quran al-Karim dan Terjemahan Bebas Bersajak dalam Bahasa Aceh. Padanan yang kata dipakai pengarang dengan mempertimbangkan bait sajak menjadi menarik untuk diteliti. Penelitian bersifat kualitatif dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian adalah pengarang kitab ini memberikan makna yang variatif dengan lafaz wasatha. Di antaranya makna lafaz ini: saban (sama), sama teungoh (sama di pertengahan), seudang (pertengahan). Wasathiyyah mencakup aspek ibadah, muamalah, etika dan seterusnya. Dalam hal ibadah, kadar, model dan waktu itu diberikan tuntunan dalam syariat. Dalam aspek muamalah, konsep ini mengatur cara berkomunikasi, waktu dan bagaimana interaksi. Dalam hal etika, wasathiyyah ini menjadi role model dalam bersikap dan bertingkah laku.Keywords: meaning, wasathiyyah, book of Mahjiddin Jusuf, life
  • PHENOMENOLOGY APPROACH TO ARABIC LANGUAGE TEACHING

    Lubis, Maesaroh; Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya; Widiawati, Nani; UIN Sunan Gunung Djati Bandung dpk IAIC Tasikmalaya (State Islamic University North Sumatra, 2022-01-14)
    Abstract: This study seeks to understand the underlying meaning of human behavior with complex social settings and interactions. This character is attuned to the complexity of human nature and therefore cannot be explained through preconstructed epistmological assumptions and predictions. As part of the social science tradition, research in Arabic Language Education also leads to this goal. The problems of the Arabic teaching process can be interpreted as the world of life that is lived by teachers and students and becomes the basis for communication actions amongst them. Based on the phenomenological perspective, the act of communication is basically a process of sharing personal experiences. This paper describes phenomenology as a philosophical thought which then shifts into an epistemological mode to construct objective knowledge that is specifically applied in the case of teaching Arabic.Abstrak: Penelitian ini berusaha memahami makna yang mendasari tingkah laku manusia dengan setting dan interaksi sosial yang kompleks. Karakter ini selaras dengan kompleksitas sifat manusia dan karena itu tidak dapat dijelaskan melalui asumsi dan prediksi epistmologis yang dibangun sebelumnya. Sebagai bagian dari tradisi ilmu sosial, penelitian dalam Ilmu Pendidikan Bahasa Arab juga mengarah pada tujuan tersebut. Problematika proses pengajaran bahasa Arab dapat ditafsirkan sebagai dunia kehidupan yang dihayati guru dan peserta didik serta menjadi basis tindakan komunikasi di antara keduanya dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Berdasarkan perspektif fenomenologi, tindakan komunikasi tersebut pada dasarnya merupakan proses berbagi pengalaman personal. Tulisan ini mendeskripsikan fenomenologi sebagai pemikiran filsafat yang kemudian bergeser menjadi mode epistemologis untuk mengkonstruksi pengetahuan objektif yang secara spesifik diterapkan dalam kasus pengajaran bahasa Arab.Keywords: phenomena, intentionality, teaching Arabic
  • K.H.E. ABDURRAHMAN AND FORMULATION OF CADRE EDUCATION IN PERSATUAN ISLAM’S BOARDING SCHOOLS

    Ridwan, Ridwan; STAI Persatuan Islam Garut; Fauzan, Pepen Irpan; STAI Persatuan Islam Garut; Fata, Ahmad Khoirul; IAIN Sultan Amai Gorontalo (State Islamic University North Sumatra, 2022-01-14)
    Abstract: This present study discusses the boarding school-based regeneration in Persatuan Islam (PERSIS) organization formulated by KH. Endang Abdurrahman during the period of 1954-1983. Historical approach is employed in this study with qualitative descriptive model. It reveals that cadre management is culturally performed, where direct and personal relationship between teacher and students are formed. In its development, PERSIS regeneration is more organized through educational institution: Pesantren (Islamic Boarding School) owned by PERSIS and courses for Muballigh or preacher. Historically, this reinforcement gained its momentum when PERSIS was led by KH. E. Abdurrahman from 1962 to1983.The system developed by Abdulrahman was yet exclusive and unintegrated with the national education system. Through such system, PERSIS was able to produce many religious scholars (muballigh and ustadz).Abstrak: Kajian ini membahas regenerasi berbasis pondok pesantren dalam organisasi Persatuan Islam (PERSIS) yang dirumuskan oleh KH. Endang Abdurrahman selama periode 1954-1983. Pendekatan historis digunakan dalam penelitian ini dengan model deskriptif kualitatif. Ini mengungkapkan bahwa manajemen kader dilakukan secara budaya, di mana hubungan langsung dan pribadi antara guru dan murid terbentuk. Dalam perkembangannya, regenerasi PERSIS lebih diselenggarakan melalui lembaga pendidikan: Pesantren PERSIS dan kursus untuk Muballigh. Secara historis, penguatan ini ketika PERSIS dipimpin oleh KH. E. Abdurrahman dari tahun 1962 hingga 1983, di mana sistem pendidikan eksklusif dan tidak terintegrasi dengan sistem pendidikan nasional. Melalui sistem itu, PERSIS menghasilkan banyak ulama (mubaligh dan ustaz).Keywords: PERSIS, cadres management, PERSIS Pesantren, K.H.E. Abdurrahman

View more