Kuasa Wacana Keagamaan : dari Kekerasan Simbolik menuju Kekerasan Fisik
Abstract
This article aims to show the rise of violence in society. One of its causes is the power of religious discourse. The issue departs from the moslems who do their religious teaching always refer to the texts of religious discourse. While the texts that they refer, from one to others,  are different.It is no problem if the texts that they refer are used as a basis to improve the quality of their religiousity in the private life. On the other hand, if it is also to judge or classify others who disagree in the public, it is very dangerous. Because it is aware or not, it will discriminate and dominate others by using the basis of religious discourse. Discrimination and domination by using religious discourse  are called symbolic violence. And actually, this symbolic violence bocomes the root of emergence of physical violenceArtikel ini bertujuan menunjukkan munculnya kekerasan dalam masyarakat sekarang ini, salah satunya, disebabkan dari kuasa wacana keagamaan. Persoalan ini berangkat dari masyarakat beragama yang dalam menjalankan keberagamaannya selalu merujuk pada teks-teks wacana keagamaan. Teks-teks wacana keagamaan yang mereka rujuk cenderung berbeda antara satu dengan yang lainnya.  Sangat tidak menjadi persoalan jika teks yang mereka rujuk digunakan untuk meningkatkan kualitas keberagamaan di ranah individual, tetapi jika yang demikian digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan mengelompokkan pihak lain yang berbeda di ranah publik, ini sangat membahayakan. Karena disadari atau tidak, hal itu akan melahirkan situasi diskriminasi dan dominasi dari satu pihak  atas pihak yang lain dengan wacana keagamaan sebagai landasan pijaknya. Diskriminasi dan dominasi menggunakan wacana keagamaan akan memunculkan kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik inilah sebenarnya yang menjadi akar munculnya kekerasan  fisik.  
Date
2016-12-01Type
info:eu-repo/semantics/articleIdentifier
oai:ojs2.journal.iaingorontalo.ac.id:article/84http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/view/84