Abstract
This article aimed to examine the Cupitt’s conception in the light of Islamic paradigm. It is done by identifying negative impacts of postmodernism toward the existence of religion. Religion, in Don Cuppit view is alive in the term of “value”, “private realm”, “personal faith” and “counterculture”. Although Islam came from hundreds centuries ago, it does not mean that authentic Islam is Islam in the past. Islam in the past, Islam in the present and Islam in the future are different. Islam is not timeless doctrine, but changeable expression. Time is running; and Islam demanded to contextualize itself dynamically.Tulisan ini bertujuan mendiskusikan agama di era postmodern, dengan fokus pertanyaan bagaimana menjadi muslim dan memahami Qur’an di era post-modern. Memakai pemikiran Don Cupitt, dalam beberapa karyanya, tulisan ini berargumen bahwa mengandaikan Tuhan telah mati merupakan jalan alternatif memahami Qur’an agar lebih kontekstual diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat muslim di era postmodern. Signifikansi utama tulisan ini adalah memberikan kontribusi alternatif dalam dimensi filosofis kerangka berpikir kontekstualisasi Qur’an.
Date
2011-12-01Type
info:eu-repo/semantics/articleIdentifier
oai:ojs2.journal.iaingorontalo.ac.id:article/73http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/view/73