Penaklukan Negara atas Agama Lokal Kasus Towani Tolotang di Sulawesi Selatan
Abstract
This paper is a reflection of the local defense of the religion that had been marginalized by looking further into the state of the local religious marginalization. In its development, the country never abandoned the religion of his intervention. In fact, very close to the state religion. How and through what medium the conquest of the local religion? This question is the focus of this paper by outlining the three sub-themes. First, it is form or variety of ideas in local religious position. Second, the actors involved in local religious positioning. Third, local response, including the existence of local religious elite, associated with differences in religion and culture of the surrounding community. This paper shows that the state has put religion at the ‘manageble’ position. In fact, the position of religion as an important entity is frequently controlled. Similarly, in this paper, it can be found how local communities respond to the presence of local religious so local religion not only placed in the controlled set, but also constantly challenged by the surrounding environment.Tulisan ini merupakan refleksi pembelaan terhadap agama lokal yang selama ini termarginalkan dengan melihat lebih jauh mengenai proses marginalisasi negara terhadap agama lokal. Dalam perkembangannya, negara tidak pernah melepaskan agama dari intervensinya. Bahkan, agama sangat dekat dengan negara. Bagaimana dan melalui media apa negara melakukan penaklukan terhadap agama lokal? Pertanyaan ini menjadi fokus dalam tulisan ini dengan menguraikan tiga sub-tema. Pertama, bentuk atau variasi ide dalam memposisikan agama lokal. Kedua, aktor yang terlibat dalam pemosisian agama lokal. Ketiga, respons lokal termasuk elite terhadap keberadaan agama lokal, terkait dengan perbedaan dengan agama dan kultur masyarakat sekitar. Tulisan ini menunjukkan bahwa negara telah menem-patkan agama pada posisi yang selalu diatur. Bahkan, memposisikan agama sebagai sebuah entitas penting yang harus dikendalikan. Demikian pula, dalam tulisan ini dapat ditemukan bagaimana respons masyarakat lokal terhadap keberadaan agama lokal sehingga agama lokal tidak hanya ditempatkan pada posisi yang diatur, tetapi juga selalu digugat oleh lingkungan di sekitarnya.
Date
2012-12-01Type
info:eu-repo/semantics/articleIdentifier
oai:ojs2.journal.iaingorontalo.ac.id:article/103http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/view/103