Abstract
This article attempts to review some understanding of key concepts related to political and religious authority in the Bugis people of South Sulawesi, particularly since the 20th century, such as arung (nobility), topanrita (scholar) and anregurutta (Islamic scholar). After analyzing the shift in the meaning of these concepts, this article seeks to trace the relationship between traditional authorities (white) with topanrita figure that, in the traditional sense, synonymous with the concept of intellectuals in modern society. After pointing out the meaning of the concept of transition topanrita so much represents the traditional ulama in Bugis society, the article concluded, among other factors of golden era of kingdoms Bugis-Makassar in the past is because of the critical relationship between political authority and symbiotic (arung) and socio-religious (anregurutta or topanrita) in these kingdoms.Artikel ini berupaya mengulas pengertian beberapa konsep kunci berkaitan dengan otoritas politik dan agama dalam masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan, khususnya sejak abad ke-20, seperti arung (bangsawan), topanrita (cendekiawan) dan anregurutta (kiyai). Setelah menganalisis pergeseran makna dari konsep-konsep tersebut, artikel ini berupaya merunut relasi antara otoritas tradisional (arung) dengan sosok topanrita yang, dalam makna tradisionalnya, identik dengan konsep cendekiawan dalam masyarakat modern. Setelah menunjukkan peralihan makna dari konsep topanrita sehingga lebih merepresentasikan sosok ulama tradisional dalam masyarakat Bugis, artikel ini menyimpukan, salah satu faktor penencapaian masa keemasan kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar di masa lalu adalah karena adanya relasi yang bersifat kritis dan simbiotik antara otoritas politik (arung) dan sosial-agama (topanrita atau anregurutta) dalam kerajaan-kerajaan tersebut.
Date
2012-12-01Type
info:eu-repo/semantics/articleIdentifier
oai:ojs2.journal.iaingorontalo.ac.id:article/102http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/view/102