Membangun Pemahaman Multikultural dan Multiagama Guna Menangkal Radikalisme di Aceh Singkil
Abstract
Multicultural education is an educational reform movement. This process is mainly aimed to change the structure of educational institutions. At this stage, students who are members of diverse racial, ethnic, and cultural groups will have an equal chance to achieve better academic values in school. Multi-religion is a situation where there is an existence of some religions in a certain area in which exists in a multi-cultural region. Conflicts which might emerge in Singkil of Aceh are caused by some factors. Among others: lack of the understanding through the existence of multicultural, lack of solidarity among the religious people (multi-religion), and the people from the outside of Aceh Singkil who wants to destroy the stability in this area.  Economic disparities and live in poverty for many years is also as another factor rising this conflict, even if it is not the dominant factor.Multi-budaya adalah salah satu pergerakan reformasi pendidikan. dan proses yang tujuannya  untuk mengubah struktur pendidikan agar siswa yang berasal dari suku, ras dan kelompok budaya yang berbeda bisa memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan di sekolah. Multi-agama adalah suatu keadaan di mana ada beberapa agama yang hidup dan berkembang di daerah tertentu  yang keberadaannya tidak bisa ditolak.Konflik yang baru-baru ini terjadi di Aceh Singkil, yang sebenarnya ini bukan merupakan konflik yang pertama, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1. Kurangnya pemahaman tentang konsep multikultural yang ada dan hidup serta berkembang sejak lama di Aceh Singkil. 2. Kurangnya rasa solidaritas yang tinggi dalam beragama di tengah-tengah masyarakat  yang juga multi agama, meskipun ada agama mayoritas di daerah tersebut. 3. Adanya usaha dari masyarakat pendatang ke Aceh Singkil yang ingin merusak stabilitas kehidupan di sana dengan tidak mematuhi aturan-aturan yang telah disepakati. 4. Kesenjangan ekonomi dan hidup dalam kemiskinan yang bertahun-tahun dialami masyarakat Aceh Singkil juga merupakan faktor terjadinya konflik tersebut, sekalipun faktor ini tidak dominan.
Date
2016-12-01Type
info:eu-repo/semantics/articleIdentifier
oai:ojs2.journal.iaingorontalo.ac.id:article/155http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/view/155