Abstract
Media bukanlah saluran yang bebas, karena tidak memberitakan apa adanya seperti yang sering digambarkan. Media justru mengkonstruksi realitas sedemikian rupa sehingga tidak jarang keluar dari konteksnya. Tidak mengherankan jika setiap hari secara terus-menerus dapat disaksikan bagaimana peristiwa yang sama diperlakukan secara berbeda oleh media. Salah satu pemberitaan media yang sangat sering muncul adalah persoalan korupsi yang melibatkan perempuan. Pemberitaan perempuan pelaku korupsi sangat sarat dengan kepentingan di luar substansi korupsi itu sendiri. Pemberitaan mengenai kasus korupsi yang melibatkan Gayus Tambunan dan Anggelina Sondakh misalnya, sangat berbeda penyajiannya. Gayus Tambunan selalu diposisikan sebagai orang yang cerdas, bisa menghadapi kasusnya, tegar, dan tidak disangkut-pautkan dengan persoalan domestiknya. Sementara pemberitaan Anggelina Sondakh selalu saja dikaitkan dengan kehidupan pribadinya.Mass media are not free channels because they sometimes portrait and interprete news unlike its reality. Moreover, mass media are frequently construct a reality which are that out of context. It is not surprising; therefore, that every day an ongoing case-basis can be seen how the same event are treated differently by the mass media. This paper  assesses the issues of corruption which invoves women. Coverage of women perpetrators of corruption are heavily empasised bigger with interests outside substance of corroption itself. For example, reporting oncorruption cases invloving Gayus Tambunan and Angelina Sondakh have different presentation. Gayus Tambunan was always positioned as an intelligent person, could face case, tough, and not delt with domestic isssues; while the news over Anggelina Sondakh always associated with her personal life.
Date
2013-12-01Type
info:eu-repo/semantics/articleIdentifier
oai:ojs2.journal.iaingorontalo.ac.id:article/192http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au/article/view/192